Garut – Jika kita melihat sesuatu pembeda mendasar sebuah warna di muka bumi ini tentu kita sepakat bisa menyatakan hitam dengan putih dikatakan bersyarat untuk memenuhi arti kata “berbeda”, Namun kita bisa juga menyatakan secara jelas tentang “berbeda” dalam arti kata tadi bahwa keduanya adalah sama-sama sebuah warna yang bisa di tangkap oleh indera penglihatan manusia normal di atas tanah bumi ini.
Seperti halnya permasalahan kehidupan manusia yang berbeda – beda karena beberapa faktor yang mempengaruhinya, sebagai makhluk yang berakal, nalurinya akan berusaha keras untuk mengatasi semua permasalahan yang di alaminya, untuk menyelesaikannya dengan cara benar dengan tidak melakukan pelanggaran tindakan hukum ataupun malah sebaliknya melakukan penyelesaian dengan melanggar noma atau aturan hukum.Tentunya pada akhirnya pelanggar hukum tertangkap kemudian dihadirkan dalam sebuah persidangan dengan bukti-bukti yang ada untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Seandainya kita cermati secara mendalam terkadang kondisi pelanggar mengalami situasi perasaan penyesalan, bisa jadi merasa menyesal telah melakukan suatu tindakan melanggar hukum, bisa jadi menyesal karena tertangkap oleh penegak hukum dan lain sebagainya. Berbicara tentang sebuah “perasaan” maka ada suatu tempat tersembunyi yang terletak di dalam setiap diri manusia,
Oleh sebab itu Polres Garut melakukan metode pembinaan Rohani dengan cara menyentuh dan membangkitakan kembali perasaan para tersangka yang melakukan tindak pidana di rumah tahanan Polres Garut,
Seperti melakukan pengajian rutin, berdzikir bagi yang beragama Islam, ataupun ikrar yang dibacakan setiap pagi secara bersama-sama serta melantunkan As Maul Husna, rutinitas ini dilakukan secara terus menerus tak lain adalah untuk menyentuh rasa ataupun perasaan manusia, Rangkaian kegiatan ini adalah satu metode pembinaan yang dilakukan oleh Satuan Tahanan Polres Garut yang telah berjalan dengan baik.
